CERITA DEWASA : NGENTOT DI PABRIK DENGAN SIH MONTOK TOKET BESAR
Doyan Mendesah - - Hujan yang turun dengan deras, membuat Roy semakin larut dalam lamunannya sore itu. Hubungan dengan Lia harus berahkir setelah Lia dijodohkan dengan seorang dokter muda pilihan orang-tua Lia.
Tak ada yang salah dengan semua itu, kedua orang-tua Lia pernah mengundang Roy ontuk bicara dari hati ke hati. Mereka bahkan berniat memberikan sebagian aset usaha jika Roy dan Lia menikah asalkan Roy bersedia berpindah kepercayaan dan menjadi seorang “imam” yang baik bagi Lia yang membuat nurani Roy seolah berada di sebuah gang buntu saat itu.
Sebagai seorang laki-laki dan juga dari keluarga yang tergolong berkecukupan, harta bukanlah sebagai alasan utama untuk meninggalkan keyakinannya. Rasa cinta dan nafsunya pada Lia yang tak pernah padamlah yang membuatnya harus memutuskan untuk berbalik arah atau berusaha keras melewati dinding yang menghang..
Tak mudah pastinya bagi Roy untuk berpisah dengan kekasihnya, terlebih setelah semua yang pernah mereka lewati meski kini yang bisa Roy lakukan hanya membuka kembali file foto dan video 3gp dan mengenang saat mereka berdua, saat Lia menghisap kontol Roy, atau saat Roy menikmati geliat punggung Lia ketika mereka melakukan gaya “doggie style” owch … Tak terasa tangan Roy sudah berada dibalik celana boxer motif hello kitty yang dikenakannya. Roy perlahan menggenggam lembut tongkol pisang yang keras dan mulai melakukan gerakan naik turun seiring dengan desahan sura Lia yang terekam dalam sealah satu file 3gp yang dibintangi oleh mereka berdua.
Kini hanya beberapa file itu yang menjadi pelipur lara bagi Roy dialam kesendiriannya, ia tak kunjung memberikan keputusan pada orang tua Lia hingga Lia pun memutuskan untuk tetap patuh pada orangtuanya. Adegan panas yang terekam dan sedang dinikmati Roy itu tiba-tiba berhenti, sebuah panggilan masuk dari sebuah nomor tak dikenal otomatis menghentikan rintihan Lia saat Roy perlahan menyusupkan batang kemaluannya pada memek Lia.
“Sialll” gerutu Roy kemudian menekan tombol “Ok” di ponsel pintarnya.
“Roy ….?”
“Ya …. Siapa ya?”
“Ini Suci Roy … Kakaknya Supri …”
“Oh… Iya .. Iya … Mbak Suci tumben … Ada apa nih?”
Nomor tak dikenal itu ternyata dari Suci tetangga Roy di kampung, Suci adalah kakak perempuan Supri, salah seorang teman Roy di tongkrongan. Suci adalah sosok perempuan penuh percaya diri, meskipun Suci lahir dalam keluarga yang berkekurangan. Rumah tinggal orang tua Suci terbuat dari anyaman bambu beralaskan tanah, hanya ada sebuah bangku yang terbuat dari bambu di ruang tamunya.
CERITA NGENTOT NASIB SEORANG BURUH PABRIK
Ayah suci bekerja sebagai seorang tukang kebun di salah satu sekolah negri sedang bundanya menjadi pembantu rumah tangga. Hal itulah yang mendorong Suci untuk hijrah ke kota Jogja mengadu nasib menjadi seorang buruh linting di sebuah pabrik rokok.
Sungguh amat disayangkan untuk seorang perempuan yang bersemangat dan penuh harapan seperti Suci tidak bisa mengenyam bangku perguruan tinggi, sikapnya yang anggun dan berkelas. Bahkan wajah manis Suci berani bersaing jika disandingkan dengan para mahasiswi di kampus Roy. Jika boleh digambarkan,
Wajah Suci ini mirip dengan bintang iklan kosmetik “WADAH” edisi “girls day out” yang berkacamata (maaf, karena nama bintang iklan tersebut masih belum diketahui,-red), sepintas juga Suci juga mirip dengan seorang selebritis cantik “Olla Ramelan” atau juga artis FTV “Sherena Risky.”. Tentu saja dalam versi perempuan pinggiran cupu kebanyakan, rambut panjang lurus belah samping tergerai hingga punggung ditambah kacamata lensa gantung yang menambah manis penampilannya.
Tubuhnya yang langsing ditambah lekukan payudara tocil yang terkesan senantiasa tegak dan tak goyah dibalik t-shirt atau kemeja ditambah dengan garis kaki Suci yang jenjang tercetak saat mengenakan celana pensil yang benar-benar pas membalut lekuk pinggang, pantatnya, selangkangan, bagian dalam paha hingga bertisnya sungguh menggugah selera para penikmat coli seperti Roy.
Nada bicara Roy beringsut lebih halus setelah mengetahui bahwa penelpon itu adalah mbak Suci. Meskipun mbak Suci terkesan kolot dan kolokan dalam kesehariannya, namun perempuan itu pernah beberapa kali memberikan kepuasan pada Roy meski memang hanya bayangannya yang menemani saat Roy beronani di kamar mandi.
Mbak Suci mendapatkan nomor telfon Roy dari Supri, dan bagai mendapatkan durian runtuh bagi Roy. Sudah sejak lama ia ingin menjalin komunikasi dengan Mbak Suci namun Roy ingat, mbak Suci adalah kakak dari Supri . Sungguh janggal tentu jika Roy tiba-tiba meminta nomor dari Supri. Terlebih Roy yang tergolong dari keluarga berada itu dikenal sebagai playboy tingkat kabupaten di kalangan teman tongkrongannya.
“Roy … Kamu gak pulang ke Wonosari?”
“Enggak mbak … Pagi tadi Roy barusan dari sana …. Emang ada apa mbak?”
“Aduh … Pengennya sih nebeng pulang Roy ….?”
“Yaaahhh, Roy barusan dari rumah, lagian sudah malam dan ujan deres gini, gak besok aja pulangnya mbak?”
“Penting banget nih Roy, mbak harus pulang secepatnya, kalau Roy anterin mbak Suci pulang bisa gak?”
“Loh, emang ada apa mbak….?”
“Ehehehe … Anu Roy, hehe … Besok ada petugas dari dealer motor mau datang ke rumah, mau survey gitu Roy.” Suci memberi penjelasan dengan malu-malu namun tersisip juga kebanggan darinya.
“Oalaaaaaahhhh …. Yayayaya…. Ya udah gini aja, Roy minta alamat kost mbak Suci ”
“Jadi … Roy mau anterin mbak Suci??”
“Eh, Roy gak janji mbak … Yang penting minta alamat kostnya mbak Suci, kirim sms aja ya …”
“Ok deh Roy, sebentar aku kirim alamatnya …” Suci menutup telfon .dan segera mengirimkan sms pada Roy.
“Angin surga nih …” Roy bergumam dalam hati seiring dengan senyuman penuh harapan. Roy mulai mengatur skenario kecilnya untuk Suci seiring dengan Honda Civic Nouvanya yang mulai menderu dan perlahan membelah hujan di jalanan kota Jogja. Tak berapa lama Roy sudah berhenti di sebuah jalan gang tepat di depan pagar kostan mbak Suci.
“Masuk Roy …” Mbak Suci berseru dari teras sambil melemparkan senyum manisnya pada Roy. Roy keluar dari mobil kesayangannya dan berlari kecil menghindari hujan dan masuk ke halaman kost itu.
“Hai mbak, makan2 nih… Hehehe” Roy membuka pembicaraan dengan menggoda Suci yang nampak ceria itu.
“Ah kamu Roy … Harusnya tuh kamu yang traktirin mbak … Mmmm … Kita langsung pulang atau Roy mau duduk dul ….”
“Eh … Anu mbak … Roy kesini sebenernya mau ngejelasin … Roy gak bisa nganterin mbak Suci sekarang … Roy bisa tapi besok pagi, gimana mbak?” Roy mulai melancatkan siasatnya pada mbak Suci.
“Yahh Roy, kalau besok sih mendingan juga mbak naik bus dan gak ngerepotin Roy.” Wajah mbak Suci beringsut muram dengan jawaban penjelasan dari Roy.
Kali ini giliran Roy yang heran dengan pemikiran Suci, apa sih maunya? Kenapa harus pulang malam ini kalau bisa besok pagi?
“Ciyeee … Yang mau punya motor baru kok manyun ….” Roy mulai memberanikan diri menggoda mbak Suci.
“Roy … Plis … Kamu tuh bukannya bantuin …. Mana aku udah pamitan sama ibu kos juga…” Suci bersungut sambil menopang dagu lencirnya jemari tangan yang lentik.
“Maaf mbak … Roy pengen banget bisa bantuin, tapi … ”
“Tapi apa Roy ….” Suci memotong kata-kata Roy dengan sedikit ketus namun dengan nada manja.
“Tapi besok …. Hehehe …” Roy meringis kecil untuk menunjukan sedikit penyesalan.
Suci tak mengeluarkan sepatah katapun hanya mengerlingkan mata pada Roy dan kembali pandangannya tampak lurus kedepan, seolah tak ada harapan lagi baginya untuk cepat pulang menyambut kedatangan tamu agung dari dealer motor esok pagi.
“Beneran mbak, besok pagi Roy pasti anterin mbak pulang, kalau perlu subuh deh. Roy Janji ….”
“Maksudmu Roy…?”
“Eh, anu mbak … Iya Roy anterin mbak tapi gak sekarang …
“Emang Roy bisa bangun subuh?” Suci sangsi akan tawaran Roy itu. Yah tentu saja dengan gaya Roy dan dari cerita tentang kehidupan Roy yang Suci sedikit tahu sebelumnya.
“Hehehe enggak juga sih mbak … Atau mbak Suci ikut Roy sekarang …?”
“Ikut kemana Roy?”
“Ga tau juga sih mbak … Daripada mbak Suci manyun terus, lagian kan mbak bisa pastiin nanti subuh Roy bisa bangun dan kita otw pulang Wonosari?”
Roy kembali melancarkan aksinya dengan ekspektasi tidak terlalu tinggi pada mbak Suci. Meski saling mengenal namun baru kali ini Roy bisa bertatap muka, berbicara lepas berdua dengan mbak Suci walapun alasannya memang kurang menyenangkan.
Roy memang bukan orang yang suka diatur dan dalam kehidupannya ia tumbuh sebagai penentu keputusan dalam kata lain adalah “egois” apalagi untuk hal yang dihadapinya seperti kali ini. javcici.com Hal yang tidak penting dan Roy terpaksa harus terlibat didalamnya, tentu Roy mengisyaratkan untuk menguasai situasi atau ia pergi dari masalah itu dengan sejuta alasan.
“Kamu serius kan Roy?” Suci kembali meyakinkan tawaran Roy.
“Serius mbak …. Tapi … Roy boleh minta sesuatu gak mbak…?”
“Apa itu Roy….?” Mbak Suci balik bertanya pada Roy.
“Roy boleh minta cium gak mbak…?”
“Haaaaah….???!!!” Suci melotot karena permintaan Roy.
“Maaf mbak … Maaf … Maafkan Roy, Roy gak sengaja … Maksud Roy, Roy bercanda ….”
“ROOYYYY ….!!!” Mbak Suci tampak gemas dengan sikap Roy saat itu.
Sebenarnya permintaan itu sudah dipikirkan Roy dengan berbagai pertimbangan. Misalkan mbak Suci marah, Roy bisa saja pamit pulang dan tidak harus capek dan repot mengantar mbak Suci pulang ke Wonosari. Andaikata menjadi berkepanjangan pun ia sudah menyiapkan berbagai alasan bahkan pada Supri, kalaupun terjadi perselisihan dengan temannya itu, Roy sudah siap berkonfrontasi bahkan yang terburuk sekalipun.
Di satu sisi Roy juga punya keyakinan bahwa mbak Suci tidak akan menceritakan pada orang lain meski jelas-jelas mbak Suci marah dan diam seribu satu bahasa pada Roy.
“Kalau gitu Roy pamit ya mbak …., sekali lagi Roy minta maaf…?” Roy berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke mobilnya. Tak ada rasa penyesalan bagi Roy, masih banyak perempuan lain yang bisa ia taklukan. Roy membalikkan badan dan berlari ke arah mobilnya.
“Roy …. Tunggu ….” Mbak Suci berlari menghampiri mobil Roy dan tak lama kemudian ia sudah duduk di samping Roy.
“Loh mbak ….?” Roy pura2 kaget beberapa saat setelah Suci menutup pintu mobil meski sebenarnya jantung Roy berdesir pertanda akan terjadinya sesuatu yang indah.
“Ayo jalan Roy …” Mbak Suci meminta Roy segera mengendarai mobilnya pergi meninggalkan kost meski mbak Suci masih dengan raut muka lugunya menatap ke depan selama perjalanan.
“Mmmm … Berarti Roy beneran dapet cium nih mbak? Hehhe…” Roy mencoba mencairkan suasana saat mereka berada di dalam mobil.
Suci tak menjawab, namun beberapa detik kemudiann, saat Roy kembali berkonsentrasi pada jalanan aspal.
“Kcupp…” Sebuah kecupan kecil mendarat di pipi kiri Roy dengan tiba-tiba.
“Aaaaaaahh … Mbak Suci curang ….”
“Iiiiiih kamu Roy …. Yang penting mbak udah penuhin janji kan … Weeeeekkkk” Suci menjulurkan lidah dari bibir tipisnya pada Roy seolah menggoda tetangganya.
“Ga bisaaa … Roy kan gak siap … Curang nih ….”
“Dasar kamu …. Ntar sebelum perempatan itu minggir bentar ya Roy ….” Mbak Suci seolah tak mempedulikan protes yang dilayangkan Roy.
“Enggak ah mbak … Masak di pinggir jalan sih? Lagian Roy gak mau ngelakuin di mobil, pamali ….”
“Ngomong apaan sih Roy? Dasar ngeres, mbak mau mampir ATM kok! Punya otak tu jangan ngeres mulu deh!”. Mbak Suci mendaratkan telunjuknya di pelipis Roy.
Roy kemudian menepikan Honda Civic Nouvanya di pinggir jalan, tepatnya di depan masjid agung Bantul dan Suci pun berlarian keluar menuju salah satu gerai ATM di sekitar halaman masjid.
“Kurang asem … Bagaimanapun aku harus mendapatkanmu ….” Roy berbicara sendiri bak seorang pemain sinetron sambil menunggu Suci.
“Jleb” Suci menutup pintu mobil dan sudah kembali duduk di samping Roy.
“Kemana nih mbak?”
“Terserah …. Yang penting besok subuh aku sudah sampai rumah.” Jawaban Suci seolah ia sudah berada diatas angin.
“Okeeee …” Roy menjawab pernyataan Suci dalam hati.
Roy perlahan mengendarai Sedan hatchback kesayangannya menyusuri kembali jalanan kota Jogja yang lengang karena hujan masih saja turun hingga kemudian ia memasuki halaman sebuah holet bintang tiga di kawasan malioboro.
“Ngapain kita kesini Roy ….”. Mbak Suci yang tadinya tampak adem ayem tentrem berubah jadi panik.
“Ya istirahat lah mbak, tidur … Emang mbak Suci mau tidur di mobil? Atau di pinggir jalan?”
“Dasar kamu … Kenapa kita gak ke kosanmu aja sih Roy?”
“Gak asik disana ….” Roy keluar dari mobil dan masuk kedalam lobi hotel.
Waktu menunjukan pukul 21.00 WIB saat Roy mereservasi sebuah kamar kelas standart room di hotel itu. Yah, ini lebih baik daripada losmen, homestay ataupun kosan Roy yang meskipun memang “bebas” namun menurut penilian Roy kurang tepat untuk momen ini. Ia sama sekali belum kenal dekat dengan mbak Suci,
Roy ingin membuai mbak Suci dengan sedikit kemewahan, tentu saja untuk sekelas mbak Suci yang seorang buruh pabrik dengan latar berlakang ekonomi keluarganya, tentu standart room hotel bintang tiga sudah cukup untuk melancarkan aksinya.
Roy kembali menuju mobil dan menjemput mbak Suci untuk naik ke lantai 2. Mereka diantar oleh seorang roomboy yang membukakan pintu kemudian pamit setelah Roy memberikan uang tip pada petugas hotel itu. Mbak Suci terkesima akan suasana kamar, nuansa etnik dengan penerangan lampu temaram menambah syahdu malamnya bersama Roy. Bed ukuran King Size,dan berbagai furnitur kayu membuatnya merasa bagaikan seorang putri Raja Jawa saat itu.
Suci nampak anggun duduk di sofa panjang sesaat kemudian Roy pamit untuk membeli beberapa makanan dan kemudian segera kembali menemui Suci.
Di dalam kamar, mereka kemudian menikmati burger dan minnuman ringan yang dibeli Roy dari salah satu restoran cepat saji di seberang hotel. Dan ditutup dengan dengan beberapa makanan ringan yang tak lupa Roy beli untuk memanjakan mbak Suci sambil mereka menikmati tayangan film di layar TV sambil mereka membicarakan banyak hal. Mulai dari motor matic yang diimpikan oleh mbak Suci sejak lama, kehidupan tetangga mereka dan banyak hal lain.
“Ngantuk bamget nih Roy … Aku tidur duluan ya …” Mbak Suci berpamitan dan merebahkan dirinya di kasur.
“Uhfffttt….” Roy menghela nafas kecil karena sedari tadi memang Roy terus menunggu kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan mbak Suci, namun kesempatan itu tak kunjung datang hingga Roy memutuskan untuk berbaring di sebelah mbak Suci yang tidur membelakanginya.
“Dag … Dig … Dug … Serrr….” Detak jantung Roy berdegup saat ia memberanikan diri meletakkan tangannya diatas pinggang mbak Suci yang Ramping.
“Jangan macem-macem deh Roy…” Mbak Suci memberi peringatan meskipun ia tak melakukan perlawanan atau bahkan perlawanan. Mbak Suci masih tetap dalam posisinya begitupun dengan tangan Roy hingga beberapa menit tak ada respon apapun dari mbak Suci.
Roy mulai memberanikan diri merekatkan tubuhnya hingga dalam posisi memeluk mbak Suci dari belakang. Tangannya mulai berani mengusap perut mbak suci yang masih mengenakan kemeja putih dengan celana jeans. Roy menciumi rambut mbak suci yang lembut, mulai memberanikan diri menyibakkan rambut mbak Suci dan memainkan nafasnya mengenai tengkuk mbak suci yang jenjang dan ramping.
“Rrroooyyy ….” Mbak Suci melenguh, tubuhnya menggelinjang dan tetap tidak melawan. Bahkan tangan mbak Suci justru menggenggam jemari roy yang lembut memeluk perutnya yang ramping hingga kemudian mbak Suci membalikan badan.
“Udah kepalang Roy ….” Mbak suci membalik badannya dan kini posisi mereka saling berhadapan. Mbak Suci mulai terbawa dalam permainan Roy, mbak Suci mendaratkan bibirnya ke bibir Roy dan dengan ganas melumat bibir Roy hingga Roy justru kebingungan akan reaksi tetangganya itu. Mbak Suci kini menindih Roy, lumatan bibirnya semakin buas seolah tak ingin melepaskan bibir Roy.
Tangan Roy tak mau tinggal diam saat mulutnya seolah tak diberi kesempatan untuk berhenti membalas lumatan bibir tipis mbak Suci yang terasa erat mencengkeram itu. Roy meraba pantat mbak Suci dan kemudian beralih ke kancing dan ritsliting celana mbak Suci yang juga paham maksud Roy dan berinisiatif untuk membantu Roy meloloskan celana panjangnya meski bibir mbak Suci tetap tak mau lepas dari bibir Roy.
Bahkan setelah celana panjangnya tak lagi membalut paha dan kaki jenjangnya, Roy kemudian berusaha meloloskan satu persatu kancing kemeja yang masih dikenakan mbak Suci, mbak Suci melepaskan pagutan bibirnya, namun selangkangannya justru semakin menekan kuat menindih batang Roy yang hanya mengenakan boxer itu.
Mbak Suci duduk diatas tubuh Roy saat Roy berusaha melepaskan kancing kemejanya. Mbak Suci tampak menikmati semua ini saat Roy melihat kepala perempuan manis itu tengadah dengan mata terpejam diikuti dengan Tekanan kuat selangkangannya yang seolah gemas menekan batang Roy yang juga sudagh mengeras itu.
Mbak Suci kin duduk diatas tubuh Roy hanya dengan mengenakan celana dalam yang mulai dibasahi cairan kewanitaannya dan dengan bra polos ukuran 34B yang masih membalut kedua payudara tocilnya yang tampak bulat dan mengeras.
Roy berusaha bangun dan meraih kancing beha mbak Suci hingga kemudian terlepas dan tanpa sadar mbak Suci pun menanggalkan behanya hingga terpampanglah bulatan kembar yang sangat-amat kencang yang dihiasi puting kecil yang tampak mengeras bagaikan dada Ade Rai hingga Roy menjadi sangat gemas dan berusaha bangun dan kini posisi menjadi terbalik karena mbak Suci sudah rebah dan Roy sudah berada diatasnya.
Saat Roy mencoba mendaratkan bibirnya di puting kanan mbak Suci, tangan mbak Suci dengan sigap memegangi kepala Roy seolah ingin menjauhkan mulut Roy yang menghisap putingnya ….
“Ssssshhhhh …. Geli Roy …..” Desahan mbak Suci seolah imeminta ampun pada hisapan lembut bibir Roy di putingnya. Hal itu tak dihiraukan Roy hingga penolakan tangan mbak Suci yang memegangi kepala Roy semakin kuat menjadikan putingnya terlepas dari bibir Roy meski lidah Roy terus berusaha membelai puting kecil mbak Suci.
Roy paham dan ia menuruti kemauan mbak Suci untuk menghentikan serangan lidahnya di puting mbak Suci, saat itu pun Roy dengan sigap menarik celana dalam warna krem milik mbak Suci tanpa bersusah payah karena mbak Suci pun ikut menggerakan kakinya untuk meloloskan celana dalamnya hingga kini mbak Suci telanjang bulat tanpa selembar benang pun menutupi tubuhnya.
Bulu-bulu halus yang sama menghiasi area kewanitaannya mbuat Roy penasaran dan merenggangkan kedua paha mbak Suci yang masih tampak malu-malu tertutup rapat.
“Jangan dimasukin ya Roy … Aku belum pernah …”. Mbak Suci memohon pada Roy dengan nafas tersenggal.
“I… Iya mbak …” Roy menjawab sekenanya untuk menenangkan mbak Suci meski kini jemari tangannya mulai membelai lipatan demi lipatan bibir bawah mbak Suci yang terasa lembut dan nyaman mengenai jemari Roy.
Roy tak ingin membuang kesempatan, perlahan ia melepaskan celana boxernya hingga kini tongkol Roy yang tegak mengeras itu terjuntai dan Roy refleks meletakkannya di depan bibir liang kewanitaan mbak Suci. filmbokepjepang.sex Roy menggerakkan pinggulnya hingga si Toha kesayangannya bergerak maju mundur diatas lipatan vagina mbak Suci. Sesekali ujung kontolnya melesat diatas bulu halus mbak Suci yang memberikan sensasi tersendiri.
Roy mengambil bantal dan meletakkannya dibawah pinggul mbak Suci, ia juga menekan kaki mbak Suci ke arah perut bidadarinya malam itu.
Posisi mbak Suci yang seolah membungkuk walaupun dalam keadaan terlentang itu membuat Si Otang Crussader milik Roy semakin lancar menggesek pintu kenikmatan milik mbak Suci yang sudah mulai basah karena cairan cinta yang semakin deras keluar dari lubang keramatnya.
Roy semakin tak kuasa apalagi saat sesekali tongkol pisangnya terjerembab pada pangkal atas lipatan milik mbak Suci. Roy menghentikan gerakannya dan berganti jari telunjuknya kini menari di pintu surgawi milik mbak Suci seolah berperan sebagai GPS dan setelah Roy memastikan letak lobang kewanitaan mbak Suci, perlahan ujung penisnya ditempelkan pada lingga mbak Suci seolah mberi salam
“Zhlleeeebbb ….”
“Jreeeeet …. Jreet … Creeett … Creet…”
“Haaaaaaaaa …..HHHHHH…” Roy bergidik diikuti rancauan kenikmatan akibat rasa lega yang tiada tara.
Pinggul mbak Suci mengangkat, tangannya mencengkeram kuat kasur yang menjadi saksi bisu akan apa yang mereka lakukan, jemari kakimbak Suci pun tampak kaku seolah berusaha mencengkeram kuat seiring kontol Roy yang berhasil menerobos dinding Vagina mbak Suci yang juga diiringi dengan ejakulasi akibat kuatnya pertahanan kegadisan mbak Suci .
“Makasih sayang ….” Roy mengecup bibir mbak Suci yang tergolek lemas dan mereka tetap saling berpelukan hingga kemudian tertidur…
KLIK DISINI UNTUK VIDEO LENGKAP
Tidak ada komentar: