KUMPULAN FOTO BUGIL MEMEK LEBAR
CERITA DEWASA : KEPERGOK SAAT SEDANG GENJOT MEMEK TANTE BINAL
CERITA DEWASA : KEPERGOK SAAT SEDANG GENJOT MEMEK TANTE BINAL
Doyan Mendesah - Cerita yang dituangkan di sini adalah kisah nyata dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan itu hanyalah kebetulan. Kejadian ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 16 tahun.
Aku mempunyai seorang tante bernama Lia yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Lia adalah adik dari Mamaku. Tante Lia sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak. Tante Lia sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi. Tante Lia ini orangnya menurutku seksi sekali.
Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 165 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu. Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan tante Lia yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung cerita-cerita dengan
Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan tante Lia semakin kuat saja.
.
Kadang-kadang kupergoki tante Lia saat nabis mAlan, dia hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku. Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Lia. Sesampai di rumahnya, tante Lia baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.
Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lia memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali. “Lan, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap. “Belum tante”, jawabku.
“Oh ya tante, Rio boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar”, tanyaku. “Boleh, pakai aja” jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya. Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno. Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali.
Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lia masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Lia sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis. “Hayyoo lagi ngapain kamu, Lan?” tanyanya. “Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email” jawabku sekenanya. Tapi tante Lia sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
“Ada apa sih tante?” tanyaku. “Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar” jawabnya. “Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante” jawabku. “Tapi jangan lama-lama yah” kata Tante Lia lagi. Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante kesepian dan menemani tante Lia nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur. Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi.
Malah Tante Lia sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu tante Lia rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku. “Lagi ngapain sih kamu, Lan?” tanyanya sambil tersenyum. “Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu tante Lia mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang. “Kamu terangsang yah, Lan, lihat film ini?” “Ah nggak tante, biasa aja” jawabku mencoba mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante kesepian Lia pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu. “Menurut kamu tante seksi nggak, Lan?” tanyanya. “Wah seksi sekali tante” kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar. “Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih” kataku.
“Ah masa sih?” tanyanya. “Iya benar tante, swear..” kataku. Jarak kami semakin merapat karena tante Lia terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku.. “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante”. “Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lia. “Wahh barang kamu lumayan juga, Lan” katanya. “Ah tante kesepian bisa aja..
Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah nakal kamu yah, Lan” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku. “Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh” kataku. “Ah yang benar nih?” tanyanya. “Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau” jawabnya. Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya. “Ahh.. Arghh enak Lan.. Kamu nakal ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih Lan?” tanyanya. “Ah takut tante marah” kataku. “Oohh nggak lah, Lan.. Kemari deh”.
Tanganku digenggam tante kesepian Lia, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhh.. Sshh” rintihnya hingga semakin membuatku penasaran. Lalu aku pun mencoba mencium tante Lia, sungguh di luar dugaanku, Tante Lia menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu. “Ahh kamu memang hebat Lan.. Terusin Lan.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”.
“Tante, aku boleh buka baju tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan Lan”, sambutnya. Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu. “Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan. “Teruuss.. Teerruuss Lan.. Ahh enak sekali..” Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.
Lalu sekilas kulihat tangan Tante kesepian Lia sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan. “Aahh buka saja Lan.. Ahh” Nafas Tante Lia terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante kesepian Lia sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu.
Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu. “Arrhh.. Sshh.. Enak Lan.. Enak sekali” jeritnya. Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja.
Tante Lia semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya. “Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit.. “Oohh.. Aarrhh..
Tante udah keeluuaarr Lan.. Ahh” sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali. “Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Lia. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lia dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante”.
Tangan tante Lia segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan tante Lia. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya tante Lia mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lia menjadi semakin blingsatan.
“Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Lan?” “Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang..” “Aahh kamu memang pandai muji orang, Lan..” Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu tante kesepian Lia mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Lia berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku.
Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante kesepian Lia. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya.
Selang beberapa menit setelah tante kesepian melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lia kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku. “Aahh Lan, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah..
Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu”. “Iiyaa tante” kataku. Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga tante kesepian Lia lagi-lagi menjerit keenakan.. “Aahh.. Aahh.. Ayolah Lan, jangan tanggung-tanggung masukiinn..” Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku.
Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu. “Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Lan.. Teruss-teruuss.. Aahh” Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante kesepian Lia sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.
Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Lia juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat tante Lia menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Lia mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.
“Oohh.. Sshh.. Lan.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini. “Aahh.. Cepat Lan, tante mau keluuaarr.. Aahh” Tubuh tante kesepian Lia kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya. “Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya. “Wahh kamu memang hebaat Lan..
Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar” “Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Alan keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu. “Aahh enak sekali tante.. Aahh..” “Terusin Lan.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan tante Lia membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya. “Aauuhh pelan-pelan Lan, aahh.. Sshh”
“Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih..” kataku. “Aahh.. Lan.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..” “Iiyyaa.. Tante..” Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku. “Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Rio mau keluar nih.. Ahh” lalu aku memeluk tante Lia sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, tante Lia memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott.. “Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante kesepian Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante kesepian Lia menbelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan, Lan..” Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya.
Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali. Setelah kejadian itu kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan kami pun berjalan selama dua tahun dan akhirnya diketahui oleh orang tuaku. Karena merasa malu, Tante kesepian Lia pun pindah ke Jakarta dan menjalankan usahanya di sana.
Aku benar-benar sangat kehilangan Tante Lia dan semenjak kepindahannya, tante Lia tidak pernah menghubungiku lagi.
CERITA SELENGKAP NYA ~> KLIK DISINI
VIDEO BOKEP : JANDA THREESOME DENGAN SUAMI ORANG DI HOTEL
VIDEO BOKEP : BINOR MINTA DI SORONG MEMEK SAMPAI KETAGIHAN
VIDEO BOKEP : BINOR MINTA DI SORONG MEMEK SAMPAI KETAGIHAN
VIDEO ADA DI BAWAH |
KLIK DISINI UNTUK VIDEO LENGKAP
KUMPULAN FOTO : INDAHNYA BADAN ISTRIKU KETIKA BUGIL
KUMPULAN FOTO : INDAHNYA BADAN ISTRIKU KETIKA BUGIL
CERITA DEWASA : SODOK MEMEK ISTRI TEMAN YANG SEDANG HAMIL
CERITA DEWASA : SODOK MEMEK ISTRI TEMAN YANG SEDANG HAMIL
Doyan Mendesah - Namaku Ratih, umurku 18 tahun. Tinggiku hanya 158cm tidak begitu tinggi dan cukup langsing. Menurut orang-orang sekitarku aku memiliki paras yang cantik dan menarik, selain itu dadaku cukup padat dan montok dengan ukuran 36A.
Setahun yang lalu aku menikah dengan Deden, seorang buruh tani yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski demikian, aku sangat menyayangi Deden apa adanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, aku bekerja sebagai penjual jamu gendong keliling, di desa tempat tinggalku daerah Jawa Tengah.
Aku tidak sampai hati memaksa Deden untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga seorang diri, sehingga dari pagi hingga sore aku bekerja tanpa mengenal lelah. Belum lagi tanggunganku terhadap Ibuku yang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan. Tapi apa mau dikata, semua ini demi keadaan yang lebih baik.
Saat ini aku sudah hamil 4 bulan, perutku sudah mulai membesar meski belum begitu terlihat. Deden pun semakin perhatian, ia sering berangkat bekerja lebih siang untuk membantuku membuat jamu yang akan kujual. Aku senang, meski begitu aku tetap menyuruh Deden bekerja tepat waktu karena aku tidak mau upahnya dipotong hanya karena terlambat. Kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup sulit.
Seperti biasa, pagi-pagi aku berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang gendong di punggungku. Sampai rumah aku racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aku masukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.
“Wah, rajin sekali istriku.” Deden menyapaku dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku.Aku pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.
“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” tanyaku.
“Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen. Mungkin nanti aku tidak bisa mengantarmu sampai ujung jalan karena Pak Karjo akan marah jika aku sampai terlambat.” jawab suamiku.
“Tidak apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita.” Aku meyakinkannya sambil mengelus pipinya.
“Tapi nanti hati-hati Ratih, ingat kamu sedang hamil. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan anak kita.”
“Iya, suamiku.” jawabku mengakhiri obrolan kami.
Sebentar saja suamiku minta pamit padaku untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aku memberikan rantang berisi makanan yang tadi telah aku siapkan.
Setelah sedikit berbenah, akhirnya semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku. Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya aku mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aku siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut. Aku gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aku kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara dua payudaraku. Sehingga dadaku nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yang cukup berat yang membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaku. Setelah semuanya siap, aku segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aku mengunci pintu depan dan belakang rumah warisan ayah Deden.
Setiap hari rute perjalananku tidaklah sama, aku selalu mencari jalan baru sehingga orang-orang tidak akan bosan dengan jamu buatanku. Karena setiap hari aku bertemu dengan orang yang berbeda. Kali ini aku berjalan melewati bagian selatan desaku.
“Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aku melewati rumah penduduk.
“Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.” teriak seorang wanita.
“Mau jamu apa mbak?” tanyaku.
“Kunir Asem satu gelas saja mbak.” pintanya.
Segera aku tuangkan segelas jamu kunir asem yang aku tambahkan sedikit gula merah. Setelah itu aku berkeliling menjajakan jamu kembali. Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aku tak peduli, toh penjualan hari ini cukup lumayan. Paling tidak sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yang kubeli.
Aku melangkah menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yang sudah mulai menguning. Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam. Aku melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang beristirahat karena sudah tengah hari. Belum sempat aku menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka sudah memanggil.
”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka.
“Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.” jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.
”Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka.
Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya. Mereka semua ada bertiga, salah satu dari mereka sepertinya masih smp.
Aku duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku.
“Wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” tanya Aji yang memiliki tubuh kekar dan hitam.
“Kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya.
“Wah sama dengan Dewo, dia juga rajin membantu orang tua.” potong Abdul yang kurang lebih seumuran Aji, sedangkan Dewo adalah yang paling muda diantara mereka.
“Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” jawabku lagi.
“Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya Dewo.
“Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.
”Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” jawab Dewo lagi.
Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Aji dan Abdul mereka berumur sekitar 20-an tahun, sedangkan Dewo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.
“Wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” tanya Aji.
“Wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” jawabku sambil sedikit senyum.
“Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh.
“Asik kenapa to mas?” tanyaku heran.
“Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” jawab Aji sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku kemudian duduk di sampingku.
Posisiku kini ada diantara Aji dan Abdul, sedangkan Dewo ada dibelakangku. Rupanya Dewo diam-diam memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karena kaosku yang sedikit basah oleh keringat dan celana dalamku yang sedikit mengecap karena posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi aku tidak tahu akan hal ini.
“Wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu.
Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aku pura-pura tidak melihat, dalam hati aku berpikir,
”Dasar orang kampung tidak tahu malu.”
Saat itu panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yang semilir, tidak terasa aku pun mulai mengantuk. Mungkin karena tadi aku bangun pagi sekali sehingga aku belum sempat untuk beristirahat. Aji pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Dewo juga sama seperti Abdul, tiduran di lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aku menghela nafas, mengeluh karena panas tak juga usai. Bukannya aku tidak mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yang sedang hamil aku takut terjadi sesuatu dengan janinku.
”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” kata Abdul mengagetkanku.
”A.. anu mas saya cuma mikir kok panasnya tidak kunjung reda.” jawabku.
”Wah, memangnya kenapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tidak terik lagi.” kata Dewo dari belakangku.
“Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tidak laku, aku bisa rugi mas.” jawabku sambil mengamati langit yang sangat terik.
“Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” hibur mas Aji.
Tidak terasa aku semakin mengantuk. Semilir angin yang ditambah dengan suasana ladang sawah memang sangat nyaman. Tak terasa aku pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yang aku letakkan disampingku. Cukup lama aku ketiduran, hingga aku terbangun karena ada sesuatu yang menyentuh pantatku.
“Aaaaaw apa-apaan ini!!?”
Aku terbangun dan kaget ketika memplok. Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul. Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak.
“Sudah diam! Nanti aku beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aku minta jamu milikmu yang indah itu.” kata Aji sambil meremas payudara sebelah kiri milikku dan tertawa cengengesan.
Aku meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi tenagaku tidak cukup untuk menolongku dari situasi ini.
”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aku memelas dengan harapan mereka dapat berubah pikiran.
”Oh, ternyata kamu sudah tidak perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” bisik abdul sambil meniup telingaku.
Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketakutan yang mendalam. Dalam hati aku berpikir,
”Bagaimana dengan Deden, aku takut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aku diperkosa.” Berbagai pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.
“Jangann mass, jangan, aku sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aku mencoba untuk mengelabui mereka. Setelah itu mereka bertiga berhenti menggerayangiku dan saling memandang satu sama lain.
“Yang bener kamu sedang haid? Wah sial bener aku hari ini!” jawab Abdul kesal.
“Iiya mas, sudah dua hari ini aku haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aku pergi.” Aku memohon pada mereka.
“Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” kata Aji.
Namun Dewo yang masih berumur 14 tahun ini tidak mempedulikan ucapanku, dia cukup senang meremas-remas pantatku.
“Sudah Wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” kata Aji pada dewo.
Dewo tetap tidak menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin ke bawah menuju selangkanganku. Posisiku yang sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana dalam putihku terlihat. Dewo yang saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tidak menyia-nyiakan hal ini, dibukanya rokku semakin keatas,
“Mana? Tidak ada darah kok.” kata Dewo.
Sontak ucapan Dewo mendapat perhatian dari Aji dan Abdul.
“Mana Wo, jangan bohong kamu.” kata mereka serempak.
Kemudian Aji mengangkat rok dan menyentuh celana dalamku.
“Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku.
“Aaa ampun mass, ampunn, aku sedang hamil mass.” Aku semakin memelas dan ketakutan.
“Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aku hanya mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut.Aji melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku.
“Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Dewo menantangku, dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat.
Aku tersentak dan kaget, juga kulihat penis Dewo yang sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas celana dalamnya. Aku merangkak menuju sudut ruangan itu, aku menggedor-gedornya dengan harapan ada seseorang yang mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera menikmati tubuhku.
“Mau kemana kamu, disini tidak ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.”
Aji senang sekali melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yang sedikit tersingkap.
“Mass ampunn, aku sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aku berteriak minta tolong.
“Wahaha, aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja! Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” kata Abdul sambil mendekatiku.
Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rokku dan melemparnya ke arah Dewo.
“Itu Wo, buat kenang-kenangan.” kata Abdul.
“Haha, iya mas, nanti aku pajang di rumah.” kata Dewo cengar-cengir. Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku.
“Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak, tanganku di pegang Abdul dan diangkatnya keatas. Abdul semakin liar menjilati dadaku yang masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku.
“Aaaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.”
Aku tidak dapat berbohong kalau kelakuan Abdul membuat birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit lemas. Dengan sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aku sudah tidak bisa lari dari mereka, kini yang ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aku menyadari semakin aku melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku. Aku terdiam, tak melakukan perlawanan, bahkan berteriak pun tidak. Air mata mulai menetes membasahi pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara takut dan pasrah menjadi satu. Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan paha dan payudaraku yang sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Aji juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul. Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Dewo yang sudah siap dari tadi telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaku sedangkan kepalanya terus memburu bibirku.
“Mmmpff… mmpff.”
Dewo menciumku dengan ganas, aku hampir tidak bisa bernapas dibuatnya. Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke penisnya yang sudah membesar. Dituntunnya aku untuk meremas-remas buah pelirnya yang kini ia berganti posisi dengan sedikit nungging. Aku pun menurut saja, aku remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yang masih tertutup celana dalam yang sudah usang. Tidak berapa lama Aji sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaku diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan penisnya yang besar dan berotot menggesek-gesek pada pahaku yang mulus. Tangan Aji mulai bermain di dadaku, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku.
“Nnggghhh uaamppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku.
“Nngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuakui meski dari rohani aku menolak, tapi tubuhku tidak dapat menolaknya dan aku rasakan vaginaku mulai basah oleh lendir kewanitaanku.
“Heh! Minggir-Minggir! Biar aku yang pertama merasakan tubuhnya.” teriak Abdul.
“Aku kan yang mendapatkan ide ini, jadi aku yang berhak untuk memulainya, awas-awas.” tambahnya.
Aji dan Dewo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini penisnya yang sudah tidak dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku.
“Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” kata Abdul di depan mukaku.
“Yang tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.”
Ia semakin mendekat di wajahku. Seketika itu Aji melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan.
“Nnggg ahhh, aah, ah.” nafasku semakin tidak teratur.
Dewo yang tidak bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya lagi, lalu menyuruhku untuk mengocok-ocoknya. Aji pun tidak mau kalah, dari sisi yang lain ia memintaku untuk melakukan seperti apa yang kulakukan pada Dewo.
Wajah Dewo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi vaginaku yang masih dilapisi celana dalam sambil tangannya memainkan putingku. Aku semakin bernafsu, tanpa kusadari aku mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada vaginaku lebih terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aku sudah sangat terangsang. Segera ia melepas celana dalamku yang sudah banjir oleh lendir dari vaginaku. Disibakkannya rambut kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati vaginaku dan sesekali menghisap klitorisku dan tangannya semakin liar bermain di kedua payudaraku.
“Nnggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.”
Aku mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaku sehingga Abdul lebih leluasa memainkan vaginaku. Aku benar-benar serasa melayang, dihadapanku kini ada 3 orang yang secara beringas memperkosaku. Aku sangat malu pada diriku, kenapa aku justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa mereka.
“Mass ahhh, terus mass, enn… enak.”
Aku terus meracau tak karuan yang membuat mereka bertiga semakin bernafsu. Lidah Abdul semakin liar menghisap-hisap vaginaku diiringi kocokanku pada batang kemaluan Dewo dan Aji.
“Aahhhh ahhh, mass. Lebih cepat mass.” aku mengerang dan ketika itu juga aku mengalami orgasme.
Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aku menggelinjang kekanan dan kekiri. Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaku untuk menjilati ketiga penis mereka. Aku seperti dicekoki, di depanku kini ada 3 rudal yang siap menjejali mulutku. Tanpa menunggu lama, aku masukkan penis mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan.
”Ooohh.” Aji melenguh keenakan.
Sekitar 15 menit aku memainkan penis mereka sambil terus mengocoknya. Abdul yang sudah sangat terangsang mendorong tubuhku dan mulai memasukkan penisnya yang besar itu.
“Mass.” aku menahan sakit saat penis Abdul menghujam vaginaku.
Dengan sekejap seluruh batang milik Abdul masuk ke dalam liang kewanitaanku. Tanpa basa-basi, Abdul mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Sedangkan Aji dan Dewo menjilat-jilat dan menghisap payudaraku. Aku dikeroyok oleh 3 orang. Libidoku pun semakin meningkat setelah tadi aku mengalami orgasme. Aku memegangi kepala Aji dan Dewo sambil terus melenguh keenakan.
“Uhhh ahhh, umm. ahh.” kata-kata itu yang terus muncul dari mulutku melihat perlakuan mereka terhadapku.
Sekitar 10 menit kami melakukan posisi ini sambil bergantian Aji dan Dewo menciumi bibirku.
Abdul belum juga keluar, ia cukup kuat untuk ukuran lelaki seperti dia. Kini ia menyuruhku untuk nungging. Aku hanya menuruti perkataannya.
“Dul, gantian aku yang naikin dia.”
Tanpa basa-basi Dewo mengarahkan penisnya ke arah vaginaku, kini posisiku berganti menjadi menungging sambil di genjot oleh penis Dewo. Penis Dewo tidak terlalu besar, bahkan hanya setengah milik Aji dan Abdul. Mungkin ini pertama kali baginya untuk merasakan liang vagina. Karena kulihat ia cukup lama sebelum seluruh batangnya masuk ke dalam vaginaku.
“Uoogghh, uenakk tenann” kata Dewo.
Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur mengikuti irama pantatku. Dewo cepat beradaptasi, meski penisnya kecil, tapi gerakkannya sangat cepat, berbeda dengan Abdul yang menikmatiku dengan pelan. Aji berganti posisi, kini ia di depanku dan mengarahkan penisnya ke mulutku, kemudian ia memaju mundurkannya beriringan dengan genjotan Dewo. Abdul yang tadi menggenjotku kini asik bermain dengan putingku yang lumayan besar. Kami terus melakukan tarian kenikmatan ini, Dewo semakin cepat menggerakkan penisnya maju mundur.
”Ahhh, masss, aaa… aku keluaaarr…. umm, mmpfff.”
Aku keluar untuk kedua kalinya. Begitu juga dengan Dewo, ia yang masih belum berpengalaman mengeluarkannya di dalam vaginaku, seketika itu juga ia langsung lemas.
“Wah, Wo, parah kamu, masa kamu keluarin di dalem, kan jadi kotor,” kata Aji. “Aku saja belum sempat merasakannya sudah kotor sama peju kamu.” tambahnya.
“Maaf mas Aji, aku kelepasan.” ucap Dewo. Tampaknya Dewo sudah lelah, ia kemudian berbaring dan sepertinya akan tidur.
“Wah, dasar anak ini, habis enak langsung minggat.” ucap Abdul.
Abdul kemudian menggantikan posisi Aji dengan memasukkan penisnya ke mulutku. Sedangkan Aji kini berada tepat dibelakangku dengan posisiku yang masih tetap menungging.
“Tahan ya, sakit sedikit tapi enak kok..” seringainya padaku. Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku, tidak begitu lama ternyata ada sesuatu yang mencoba masuk melalui anusku.
“Nggghhh masss, sakitt, aaampun mas.” Aku merasa kesakitan saat penis Aji yang besar mencoba menerobos anusku. “Ahhh, aaaw ashh, nnnhh.”
Aku semakin tidak karuan merasakannya. Dengan sekuat tenaga meski sempat beberapa kali bengkok akhirnya penis Aji masuk ke dalam anusku.
”Nggg ahhh.” Rasa sakitku pelan-pelan menjadi kenikmatan yang baru bagiku, karena baru kali ini anusku dijejali penis.
“Hhmmff sempit banget, uahh.” ucap aji keenakan, ia juga tidak kalah keenakan daripada aku.
Aji sudah mulai terbiasa dengan ini, sesekali ia meludahi anusku agar lebih mudah menggerakkan penisnya.
“Akkkkhh, uuahhhh.” Aji mendesah keenakan saat ia mencapai puncak kenikmatan, spermanya mengisi penuh seluruh isi anusku hingga meleleh keluar.
Tidak berapa lama Abdul yang sudah dari tadi memaju mundurkan penisnya di mulutku juga merasakan hal yang sama.
“Oouughhh teleennnn, sseeemuaa.”
Ia meracau sambil tangannya menekan kepalaku pada penisnya. Seketika itu juga cairan spermanya menyemprot di dalam rongga mulutku dan mau tidak mau harus aku telan.
Harus kuakui mereka bertiga cukup hebat, namun tetap saja tidak bisa mengalahkan mas Deden, Mereka bertiga hanya sanggup membuatku keluar 2 kali, tapi mas Deden mungkin bisa lebih, bahkan hingga aku tidak mampu lagi untuk berdiri.
Mereka bertiga duduk di dalam ruangan sambil beristirahat karena mereka sangat lelah. Aku pun masih terbaring di lantai tanpa sehelai benangpun. Abdul mengeluarkan 2 lembar lima puluh ribuan.
“Itu untuk ongkos jamu dan tubuh kamu. Sekarang kamu pergi dari sini!” ucapnya sedikit membentak.
“Bagaimana dengan pakaianku?” tanyaku.
“Pikir saja sendiri” balas Abdul ketus.
Kemudian aku memakai BH dan celana dalamku. Aku gunakan selendang yang kupakai untuk mengangkat keranjang tadi, aku lilitkan untuk menutupi tubuhku dan untunglah cukup. Aku bergegas meninggalkan mereka sambil membawa keranjangku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore.
“Mas Deden pasti sudah pulang ini.” ucapku dalam hati sambil mengusap air mata di pipiku.
Sesampainya di rumah ternyata benar, Mas Deden sudah menungguku pulang. Aku ceritakan semua kejadian ini padanya bagaimanapun aku tetap mencoba untuk terbuka padanya karena dialah satu-satunya orang yang kumiliki. Reaksi Mas Deden sungguh membuatku kaget, Ia justru memelukku dengan erat, dan mengelus perutku memberikan kasih sayang pada si Jabang Bayi. Aku terharu dengan Mas Deden. Meski sempat ia akan bergerak mengumpulkan warga untuk memberi pelajaran pada orang-orang yang memperkosaku, namun aku dapat meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, dan semoga saja janinnya juga tidak terjadi apa-apa. Aku bangga dengan Mas Deden, ia tidak panik saat mendapatiku mengalami kejadian seperti ini, Selamanya aku tetap mencintainya. Setelah kejadian ini aku sudah tidak berjualan jamu lagi. Kali ini aku menjadi pendamping setia Mas Deden, dengan menemaninya pergi ke ladang setiap hari. Meski keadaan ekonomi kami semakin sulit, tapi kebahagiaan kami seolah menutup dalam-dalam semua keadaan ini dan kejadian masa lalu. Kini anakku sudah besar, peristiwa itu tidak membuat kondisinya saat lahir menjadi cacat mental atau sejenisnya. Ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan kami beri nama Mentari, yang tetap bersinar sesulit apapun keadaan yang kami alami saat ini, esok, dan seterusnya.
VIDEO BOKEP : TUTUP PINTU GAK PAKE LAMA NYODOK SILIT ISTRI
VIDEO BOKEP : TUTUP PINTU GAK PAKE LAMA NYODOK SILIT ISTRI
VIDEO ADA DIBAWAH YA BOSQUE!! |
KLIK DISINI UNTUK VIDEO LENGKAP
CERITA DEWASA : Ketika Teman Kerja Sange Minta Di Sodok
CERITA DEWASA : Ketika Teman Kerja Sange Minta Di Sodok
Doyan Mendesah - Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.
Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.
“Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?” tanyaku.
“Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti.
“Gaya apa yang dipakai suami kamu?”
“Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala”
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
“Kira-kira berapa besar penis suami kamu?”
“Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
“Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?”
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
“Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!”
Aku tak dapat menahan senyumku.
“Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”
“Ya!” Dewipun tersenyum juga.
Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
“Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!”
“Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi.
“Keras sekali, Pak, seperti batu!”
Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?
“Kok diam Pak?”
“Aku lagi mikir penyebabnya.”
“Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.
“Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan.”
Aku sedikit mengerti maksudnya,
“Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku.
“Ya, betul, kenapa ya Pak?”
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
“Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?”
“Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.
Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?”
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
“Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya”
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
“Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.
“Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?”
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
“Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!”
“Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?”
“Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping”
“Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas.
“Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!”
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”.
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
“Memang kenapa?”
Tak lama Dewi pun membalasnya.
“Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.
“Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
“Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?”
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.
Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,
“Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,
“Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
“Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,
Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
“Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.
Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.
“Terima kasih, Pak” ia mencium keningku.
“Saya masih mau lagi” ucapnya serak.
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.
“Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat kocokanku.
“Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.
Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan.